Ulangan 18 – Nabi Seperti Musa

value=”http://www.youtube.com/v/4B9fYT8p-IQ&hl=id_ID&fs=1?version=3&autohide=1&rel=0″ > type=”application/x-shockwave-flash”wmode=”transparent”allowscriptaccess=”always”width=”405″ height=”260″>Para pembuat polemik seperti Naik dan Deedat beranggapan bahwa Ulangan 18 tidak merujuk kepada Isa Al-Masih, melainkan Muhammad:

TUHAN, Tuhanmu, akan membangkitkan bagimu seorang nabi seperti aku dari antara kamu serta saudara-saudaramu. Dialah yang harus kamu dengarkan, seperti yang telah kauminta kepada TUHAN, Tuhanmu, di Horeb pada hari kamu berkumpul. Katamu, Janganlah kami dengar lagi suara TUHAN, Tuhan kami, dan janganlah kami lihat lagi api yang besar ini, supaya jangan kami mati.”

Kemudian TUHAN berfirman kepadaku, Apa yang mereka katakan itu baik. Aku akan membangkitkan bagi mereka seorang nabi seperti engkau dari antara saudara-saudara mereka. Aku akan memberitahukan kepadanya firman-Ku, dan ia akan menyampaikan kepada mereka semua yang Kuperintahkan kepadanya. Jadi, setiap orang yang tidak mau mendengarkan firman-Ku yang akan disampaikan nabi itu atas nama-Ku akan Kutuntut pertanggungjawaban.”

(Ulangan 18:15-19)

Berabad-abad sebelum Isa Al-Masih, orang-orang Yahudi mengaitkan nubuatan ini dengan Al-Masih yang akan datang. Namun, baru-baru ini beberapa Muslim telah mengada-ada dan berkata bahwa nubuatan ini tidak merujuk kepada Al-Masih tetapi kepada Muhammad. Nubuatan ini memberikan tiga kriteria utama untuk mengenali nabi yang dijanjikan:

1. Bagimu (yang berarti lawan bicara Musa pada saat itu, yakni orang Israel)2. Dari antara kamu serta saudara-saudaramu 3. Seperti Musa

Kriteria Pertama: “Bagimu”

“TUHAN, Tuhanmu, akan membangkitkan bagimu seorang nabi seperti aku dari antara kamu serta saudara-saudaramu.” (Ulangan 18:15)

Jelas sekali di sini Musa sedang berbicara kepada umat Israel yang berputar-putar di padang gurun. Walaupun baik Isa Al-Masih maupun Muhammad sama-sama mengaku datang untuk semua bangsa, fokus pelayanan utama Isa Al-Masih adalah orang-orang Israel, sementara fokus pelayanan utama Muhammad kepada bangsa Arab.

Kriteria Kedua: “Dari antara kamu serta saudara-saudaramu”

“TUHAN, Tuhanmu, akan membangkitkan bagimu seorang nabi seperti aku dari antara kamu serta saudara-saudaramu. ” (Ulangan 18:15)

Musa di sini sedang berbicara dengan orang Israel yang terkumpul di Moab, setelah membawa mereka keluar dari Mesir dan membawa mereka empat puluh tahun melalui padang gurun, jadi sewajarnya istilah “dari antara kamu serta saudara-saudaramu” berarti di antara orang-orang tersebut. Namun para pembut polemik seperti Deedat dan Naik mencoba untuk memperluas arti istilah “saudara”/”sebangsa” ini dengan memasukkan bangsa Semit lainnya keturunan dari Abraham, yaitu Muhammad. Namun, tafsir tersebut bertentangan dengan arti dasar dari kata Ibrani yang digunakan di sini untuk ‘saudara’ אח, ‘akh , (Arabic, اَخ ). Kata ini menandakan anggota dari suku yang sama , dan keturunan Ismael telah menjadi suku yang terpisah selama lima abad pada saat itu. Seorang Muslim Penerjemah Al-Qur’an yang terhormat, Muhammad Hamidullah, sepakat: “Kata Arab akh berarti dua hal: saudara dan anggota suku.”1

Penafsiran seperti itu ditegaskan dengan membandingkannya dengan ayat 15 dari bab sebelumnya, Ulangan 17, yang berbunyi-

“…maka hanyalah raja yang dipilih TUHAN, Tuhanmu, yang harus kauangkat atasmu. Dari tengah-tengah saudara-saudaramu haruslah engkau mengangkat seorang raja atasmu; seorang asing yang bukan saudaramu ( akh ) tidaklah boleh kauangkat atasmu.” (Ulangan 17:15)

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa “dari antara kamu serta saudara-saudaramu (אח)” hanya bisa berarti orang Israel. Sebenarnya banyak dari bangsa-bangsa sekitar Israel, seperti Arab, juga adalah bangsa Semit keturunan Abraham (seperti Moab, Edom, dll). Hanya karena ini haruskah kita katakan bahwa ‘nabi yang dijanjikan itu’ bisa datang dari bangsa Semit mana saja? Pada saat nubuat ini diucapkan, keturunan Ismael dan Ishak telah terpisah di benua yang berbeda selama hampir lima abad, dan berbicara dialek yang berbeda. Kita bisa membandingkannya dengan suku Bengali dan Afghan, keduanya memiliki nenek moyang Arya tapi bagi seorang Bengali “saudara sesuku” tidak akan berarti seorang Afghan dan sebaliknya.

Jadi jelas kesimpulannya adalah nabi yang dinubuatkan datang dari antara dua belas suku Israel yang menjadi lawan bicara Musa pada saat ia bernubuat, bukan bangsa-bangsa lain yang adalah saudara jauh. Karena Muhammad bukanlah orang Israel, maka Ulangan 18:18 pastilah bukan nubuatan tentang Muhammad.

Kriteria ketiga: “Nabi Seperti Musa”

“Aku akan membangkitkan bagi mereka seorang nabi seperti engkau dari antara saudara-saudara mereka.” (Ulangan 18:15)

Naik dan Deedat telah mengumpulkan berbagai daftar kesamaan yang dangkal antara Muhammad dan Musa untuk membuktikan bahwa nubuatan ini tentang Muhammad, bukan Isa Al-Masih:

1. Tidak seperti Isa Al-Masih, baik Muhammad dan Musa membawa hukum yang menyeluruh.

2. Tidak seperti Isa Al-Masih, baik Muhammad dan Musa lahir dari seorang ayah seperti manusia pada umumnya.

3. Tidak seperti Isa Al-Masih, baik Muhammad dan Musa menikah.

4. Tidak seperti Isa Al-Masih, baik Muhammad dan Musa adalah pemimpin politik atas umat mereka.

5. Baik Muhammad dan Musa diberitahu oleh Tuhan untuk memulai menghitung bulan dari saat itu.

6. Baik Muhammad dan Musa harus melarikan diri dari tangan musuh-musuh mereka, dan memiliki ayah mertua mereka sebagai pendamping.

7. Baik Muhammad dan Musa meninggal secara wajar.

Beberapa pembuat polemik bahkan menambahkan kesamaan-kesamaan lain yang sebenarnya tidak benar:

• Berbeda dengan Isa Al-Masih, baik Muhammad dan Musa telah menaklukan wilayah tertentu. (Salah. Musa bahkan tidak pernah memasuki Kanaan, ia hanya membawa mereka ke perbatasan dan Yosua yang menaklukkannya)

• Baik Muhammad dan Musa berlindung di Midian, yang kemudian dinamai Yatsrib, kemudian Medina. (Salah. Midian berjarak 400 mil dari Medina)

• Berbeda dengan Isa Al-Masih, baik Muhammad dan Musa berkhotbah selama sepuluh tahun di Midian/Madinah (Salah. Musa menggembalakan domba-domba selama empat puluh tahun, bukan sepuluh tahun, di daerah padang gurun Midian. Dia terpanggil untuk berdakwah setelah itu.)

Jadi total ada tujuh persamaan yang dapat dibuat antara Musa dan Muhammad. Perhatikan bagaimana sebagian besar kesamaan ini bisa dipenuhi oleh hampir semua pemimpin pada umumnya—kelahiran secara wajar, menikah, pemimpin umat, pemberi hukum, menaklukan wilayah, meninggal secara wajar. Kita bahkan bisa menemukan lebih banyak kesamaan antara Daud dan Musa:

1. Keduanya pemimpin politik,

2. Lahir secara wajar

3. Memiliki banyak istri

4. Memiliki anak

5. Berbangsa Israel

6. Menaklukan wilayah Kanaan

7. Membawa pesan Tuhan

8. Menerima perjanjian

9. Meninggal secara wajar

Solomon dan Musa:

1. Keduanya pemimpin politik,

2. Lahir secara wajar

3. Memiliki banyak istri

4. Memiliki anak

5. Berbangsa Israel

6. Menaklukan wilayah Kanaan

7. Membawa pesan Tuhan

8. Meninggal secara wajar

Bahkan pemimpin modern seperti mantan Kepala Penasihat sampai Pengurus Pemerintahan Bangladesh, Dr Fakhruddin Ahmed dapat dikatakan seperti Musa dalam hal ini—ia lahir secara wajar, menikah, memiliki anak, diterima oleh umat-Nya, dan merupakan pemimpin suatu bangsa. Jadi ini tidak membuktikan apa-apa.

Sebaliknya, untuk mengerti apa yang dimaksud dengan “seperti Musa” kita perlu melihat lebih kepada aspek-aspek utama yang khas dalam peran dan pelayanan Musa. . Jika kita membaca kisah Musa secara lengkap di dalam Taurat, kita menemukan tiga ciri khas Musa yang tidak dimiliki oleh Daud, Sulaiman atau Muhammad, tapi semuanya terpenuhi sepenuhnya oleh Isa Al-Masih:

1. Inti Pelayanan #1: Musa membawa keselamatan kepada umat Tuhan dari perbudakan fisik dan membawa mereka ke tanah (fisik) perjanjian yang damai dan berlimpah di bumi ini. Isa Al-Masih membawa keselamatan bagi umat Tuhan dari perbudakan rohani (dosa) dan menunjukkan mereka jalan menuju tanah perjanjian (rohaniah) yang damai dan berlimpah di surga. Pelayanan Muhammad tidak ada sangkut pautnya dengan keselamatan bagi umat Tuhan.

2. Inti Pelayanan #2: Musa adalah satu-satunya perantara antara Tuhan dan umat Tuhan, mencegah murka Tuhan, bersyafaat bagi mereka dan berdiri di antara mereka dan Tuhan (Bilangan 21:7, 16:42-5, Keluaran 15:23-25 , Keluaran 19). Ini adalah bagian inti dari pelayanan Isa Al-Masih juga, bersyafaat atas nama umat Tuhan (1 Timotius 2:5, Ibr 07:25), mencegah murka Tuhan.

3. Inti Pelayanan #3: Musa membawa perjanjian baru dengan Israel – Hanya dua orang dalam sejarah yaitu Musa dan Isa Al-Masih yang membawa atau menjadi perantara sebuah perjanjian antara Tuhan dan umat-Nya. Perjanjian baru Isa Al-Masih dinubuatkan oleh Yeremia :

“Sesungguhnya, waktunya akan datang,” demikianlah firman TUHAN,”bahwa Aku akan mengikat perjanjian baru dengan kaum keturunan Israil dan kaum keturunan Yuda. Bukan seperti perjanjian yang Kuikat dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku menuntun mereka keluar dari Tanah Mesir. Perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, sungguhpun Aku ini seperti suami bagi mereka ,” demikianlah firman TUHAN. Inilah perjanjian yang akan Kuikat dengan kaum keturunan Israil sesudah waktu itu,” demikianlah firman TUHAN,”Aku akan menaruh hukum-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka.Aku akan menjadi Tuhan mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. (Yeremia 31:31-33).

Isa Al-Masih mengajar dengan penuh kuasa suatu hukum baru yang dimulai dari hati manusia sebagai bagian dari perjanjian baru (misalnya Matius 5-7). Muhammad tidak pernah mengaku membawa perjanjian baru, melainkan bermaksud untuk mengembalikan sistem yang sama seperti pada zaman Abraham.

Sebenarnya, kitab Taurat dan Al-Qur’an dengan jelas menyatakan ciri khas Musa:

Tidak pernah muncul lagi seorang nabi di Israil seperti Musa, yang dikenal TUHAN berhadapan muka. Atas perintah TUHAN ia melakukan segala tanda ajaib dan mukjizat di Tanah Mesir (Ulangan 34:10-11)

Jika di antara kamu ada seorang nabi TUHAN,maka Aku akan menyatakan diri-Ku kepadanya melalui penglihatan,dan Aku akan berfirman kepadanya dalam mimpi. Tetapi tidak demikian halnya dengan hamba-Ku Musa, seorang yang setia dalam seluruh bait-Ku. Dengan dia Aku berbicara berhadap-hadapan, nyata-nyata, bukan dengan teka-teki.” (Bilangan 12:6-8)

“Dengan Musa, TUHAN bicara berhadapan muka, sama seperti manusia berbicara dengan sahabatnya.” (Keluaran 33:11)

Jadi kita dapat menambahkan dua lagi “ciri khas” Musa ke daftar yang ada sekarang:

4. Inti Pelayanan # 4: Berbicara langsung dengan Tuhan, tanpa melalui perantara malaikat atau mimpi

Tidak seperti Muhammad, Isa Al-Masih dan Musa secara teratur mendengar Tuhan secara langsung, bukan melalui penglihatan atau perantaraan malaikat (Bilangan 12:6-8, Kel 33:11). Al-Qur’an setuju dengan ini: Dalam Sura Al-Nisa 4:163-164 Al-Qur’an mengatakan bahwa Muhammad dan semua nabi lainnya hanya diberi ilham, tapi “… kepada Musa Tuhan berbicara langsung ( تَكلِيمَا )”. Musa dicantumkan secara terpisah karena Tuhan berbicara kepadanya secara langsung.

Muhammad menerima wahyu melalui malaikat Jibril (Baqarah 2:97). Isa Al-Masih juga digambarkan berbicara dengan Tuhan secara langsung, bahkan tatap muka. Dalam transfigurasi-Nya di puncak gunung (Matius 17, Markus 9, Lukas 9), Tuhan berbicara langsung kepada Isa Al-Masih, seperti yang Dia lakukan kepada Musa. Hal ini jelas di seluruh kitab Injil bahwa Isa Al-Masih mendengar langsung dari Tuhan tanpa perantaraan malaikat.

5. Inti Pelayanan # 5: Membuat tanda-tanda ajaib

Menurut Al-Qur’an, Isa Al-Masih melakukan banyak mukjizat supranatural (Qs 3:49, Qs 2:253), tetapi menurut Al-Qur’an, satu-satunya tanda ajaib Muhammad adalah Al-Qur’an (Qs 29:48-51). Isa Al-Masih dan Musa melakukan berbagai mukjizat yang tercatat dengan baik dalam kitab mereka.

Jika kita ingin mencari kesamaan lebih dangkal, kita masih bisa menemukan dua kali lebih banyak dari yang dibuat oleh Naik dan Deedat:

6. Tidak seperti Muhammad, Isa Al-Masih dan Musa berbangsa Israel.

7. Tidak seperti Muhammad, Isa Al-Masih dan Musa dilahirkan di keluarga miskin, yang tidak berpengaruh, tapi Muhammad dilahirkan di sebuah keluarga terkemuka.

8. Isa Al-Masih dan Musa dibesarkan oleh ibu mereka sendiri, tetapi Muhammad dibesarkan di padang pasir oleh seorang pengasuh Bedouin, Halimah.

9. Tidak seperti Muhammad, Isa Al-Masih dan Musa menjadi sasaran pembunuhan saat masih bayi oleh keputusan penguasa.

10. Tidak seperti Muhammad, Isa Al-Masih dan Musa diselamatkan oleh campur tangan ilahi pada masa kanak-kanak (Keluaran 2:2-10, Matius 2:13)

11. Tidak seperti Muhammad, Isa Al-Masih dan Musa melakukan perjalanan dari Mesir ke Palestina di mana mereka menyelesaikan pelayanan mereka.

12. Tidak seperti Muhammad, Isa Al-Masih dan Musa berbicara dengan Tuhan “muka dengan muka” di gunung (Keluaran 33:11 Matius 17:03), setelah wajah mereka “bersinar” (Keluaran 34:29, Matius 17:02)

13. Tidak seperti Muhammad, Isa Al-Masih dan Musa menunjukkan kuasa gaib atas air, Musa membagi Laut Merah, Isa Al-Masih menenangkan badai.

14. Musa dipersiapkan di padang gurun selama empat puluh tahun, Isa Al-Masih selama empat puluh hari. (Kisah Para Rasul 7:23 dan Keluaran 7:7, Matius 4:1)

15. Tidak seperti Muhammad, Isa Al-Masih dan Musa menubuatkan peristiwa yang digenapi (Ulangan 18:15-22; 28:15-29:67, Matius 24)

16. Keduanya disebut “hamba yang setia” dalam Kitab Suci (Bilangan 12:7; Ibrani 3:2-5)

Sanggahan: “Tapi di akhir kitab Ulangan dikatakan bahwa tidak ada nabi lain pernah muncul di Israel yang seperti Musa, sehingga pastinya nabi yang dijanjikan itu seorang di luar Israel”

Pertama, ayat ini hanya mengatakan bahwa sampai saat itu tidak ada nabi pernah muncul di Israel seperti Musa. Jika bagian itu mengacu kepada masa depan yang tidak terbatas maka harusnya tertulis “sejak saat itu, tidak ada nabi seperti Musa yang akan muncul di Israel…” Sebaliknya, di situ tertulis “pernah” yang menandakan masa lampau pada zaman Taurat. Memang, bagian ini sebenarnya menjelaskan perbedaan antara Musa dan Muhammad, seperti yang kita lihat sebelumnya – ia bertatap muka dengan Tuhan, dan melakukan tanda-tanda dan keajaiban besar:

“Tidak pernah muncul lagi seorang nabi di Israil seperti Musa, yang dikenal TUHAN berhadapan muka. Atas perintah TUHAN ia melakukan segala tanda ajaib dan mukjizat di Tanah Mesir bagi Firaun, seluruh pegawainya, serta seluruh negerinya, (Ulangan 34:10-11)

Apa yang Alkitab Katakan?

Firman Tuhan, Kitab Suci Injil, secara khusus mengatakan bahwa Ulangan 18 nubuatan mengenai Isa Al-Masih:

 

Rasul Petrus bersaksi: “Tuhan Ibrahim, Ishak, dan Yakub, yaitu Tuhan nenek moyang kita, sudah memuliakan Sang Anak yang datang daripada-Nya, … Bukankah Nabi Musa telah berkata, TUHAN, Tuhanmu, akan mengangkat bagimu seorang nabi dari antara bangsamu seperti Ia mengangkat aku. Turutilah semua yang dikatakannya kepadamu. Para nabi, termasuk Samuel dan nabi-nabi yang datang kemudian setelah dia, yaitu mereka yang menyampaikan wahyu dari Tuhan, sudah berbicara mengenai zaman ini. (Kisah 3:13,21-22,24, lihat juga Ibrani 3:1-3)

Isa Al-Masih berkata: “Jika kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, karena Musa telah menulis tentang Aku. ” (Yahya 5:46)

Sementara Injīl secara khusus mengutip nubuat dalam Ulangan 18 dan menyatakan bahwa Isa Al-Masih menggenapi itu, Al-Quran hanya samar-samar menyatakan bahwa Muhammad disebutkan di suatu bagian dalam kitab sebelumnya (Qs 7:157). Al-Qur’an tidak pernah menyatakan secara jelas bahwa Ulangan 18 mengacu pada Muhammad, tetapi Injil jelas-jelas menyatakan bahwa Ulangan 18 mengacu kepada Isa Al-Masih.

  1. Dari catatan kaki terjemahan Perancisnya Al-A’raf 7:65,73; Le Coran, Le Club Français du Livre, 1959.

Artikel Terkai

“Nabi yang buta huruf” (Yesaya 29:11-13)

“Muhammad” (Kidung Agung 5:16)

“Parakletos” (Injīl, Yahya 14:16)

Nubuatan Tentang Al-Masih yang Relatif Jelas

Apakah Nubuat Tentang Muhammad Telah Dihapus?

 

Tinggalkan Balasan

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Isian wajib ditandai *